Kenapa Pemilihan Rektor Perlu Dikawal?

Juni 13, 2019


Kayaknya tahun ini politik lagi rame banget deh. Ga cuman tentang pilpres dan pileg atau pemilihan legislatif. Tapi, PILREK. Pilrek atau pemilihan rektor merupakan agenda rutin yang diadakan oleh kampus gue setiap lima tahun. Sehingga, on another calling, we will oversee election Head of UI period 2019-2024

Oversee atau mengawal pemilihan rektor. Why I using 'mengawal' not 'memilih'? Karena yang punya suara untuk memilih Rektor ialah Menristek dan Senat kampus. Hal tersebut tercantum dalam  Permenrisetdikti No. 19 Tahun 2017

Dan pertanyaannya adalah kenapa harus Menristek dan Senat doang? Padahal setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh rektor LEBIH berdampak kepada mahasiswa not them. Kenapa mahasiswa ga boleh memilih pemimpinnya sendiri? Gue pun masih belum bisa menjawab pertanyaan itu. Karena masih maba dan belum observasi lebih lanjut. Daripada gue ngasih tau yang salah, let discuss another topic.

Kenapa pilrek perlu dikawal? Kan udah ada payung hukum dan panitianya. Kenapa mahasiswa gabut banget mau mengawal pilrek? Toh mahasiswa juga ga ada suara buat memilih?

In my point of view. . . 

Pertama, karena mahasiswa ga punya suara untuk memilih Bapaknya sendiri. Terus, apakah mahasiswa harus diam saja? Engga. Gue yakin MAHAsiswa punya ideologi, lebih kritis dan ga akan menelan bulat-bulat informasi.

Apakah lo mau dikasih Pemimpin yang ga tau bobot, bibitnya kayak apa? Enggakan? Meskipun di Permenrisetdikti tadi bilang bahwa ada prosedur tertentu yang harus dilaksanakan oleh calon rektor. Termasuk ngasih tau jumlah harta kekayaannya ke PPATK (buat yang ga tau, yuk budayakan literasi) dan dimintai track record nya oleh Menristek. Jadi kalo memang si calon rektor ini punya track record yang kurang, konsekuensinya yaa tidak boleh mengikuti proses selanjutnya. 

And in the end, kalo mahasiswa bener-bener melakukan proses kawal pilrek ini dengan serius. Kita (para mahasiswa) jadi bisa lebih tau Bapak yang nanti akan memimpin kampus kita seperti apa. Kita (para mahasiswa) jadi tau bobot, bibitnya doi. Karena kita mengawal pilrek ini dari awal, mulai dari tahap penjaringan bakal calon rektor hingga pelantikan dan penetapan. Additionally, bahkan mengawal sampai dia menjabat menjadi rektor. Apakah nantinya visi misi yang beliau sampaikan beneran dilaksanakan? 

In conclusion that proses KAWAL ini ga cuman berhenti sampai di pelantikan, ga berhenti cuman saat beliau menjabat. Tapi, proses KAWAL ini tetap akan mahasiswa laksanakan hingga beliau berhenti dari masa jabatannya. 

Alasan kedua kenapa pilrek perlu dikawal karena setiap keputusan yang doi keluarkan akan berdampak bagi seluruh civitas di kampus. Ga memandang elo mahasiswa, dosen, supir bikun, petugas yang bersih-bersih (tukang sapu), PLK atau yang lainnya. Kita semua jadi variabel ikat dari keputusan rektor.

Jadi, meskipun mahasiswa emang ga punya suara untuk memilih rektor. Tapi, kebijakan yang doi keluarkan akan berdampak terhadap NASIB mahasiswa di kampus.

Ketiga, yang menurut gue jawaban paling cliche tapi ada benernya juga yaitu sebagai wadah aspirasi dan partisipasi dari mahasiswa itu sendiri. Ibaratnya kayak gini, elo beraliran A tapi rektornya beraliran A' atau mahasiswanya jalur kiri tapi rektornya beraliran kanan.

Yak, bingung... Baik, gue perjelas. Misal, lau adalah seorang muslim, terus rektor lo adalah seorang komunis. Alirannya beda. Kalo gue balikin pertanyaan tadi, gue yakin jawaban elo: ENGGA MAU. 

Sehingga kalo mahasiswa mengikuti proses kawal ini, rektor yang nantinya terpilih sesuai dengan aspirasi mahasiswanya. Bakalan ada yang namanya SINERGI. Program rektornya jalan, iklim di kampus pun akan kondusif. 

Moreover dengan dilaksanakannya proses kawal pilrek ini merupakan bentuk wujud partisipasi mahasiswa di kampus. Partisipasi dalam hal menjalankan TRI DARMA PERGURUAN TINGGI: pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Kata 'mahasiswa' ga cuman jadi label doang, tapi merupakan tanggung jawab yang memang elo implementasikan di kehidupan nyata. 

Buat penutup... mungkin tulisan di atas scope nya dalam hal rektor. Tapi, ga menutup kemungkinan bahwa tiga alasan di atas bisa menjadi 'ideologi' lo untuk mengawal pemilihan PEMIMPIN, ga cuman di kampus, bisa aja di kantor, lingkungan RT/RW, kelurahan bahkan pemimpin dalam hidup lo nanti :)

Thank you yang udah mau baca sampai sini. Semoga bermanfaat!

You Might Also Like

0 komentar

FOLLOW BUTTON